Monday, September 11, 2006

Galau Putri Calon Arang

Judul: Galau Putri Calon Arang
Serial: Nada Baru Dongeng Klasik
Tebal: 184 halaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang: Femmy Syahrani dan Yulyana
Terbitan: Juli 2005
Harga: 22.000
ISBN: 979-22-1479-8









Review
:
Another boring history book, membaca judulnya pertama kali, you know...Calon Arang, sejak SMA sudah dijejali dalam buku pelajaran sejarah. Paling ini kloning yang dibumbui sedikit di sini dan diwarnai sedikit di sana. Tapi, terbukti kesan pertama saya salah...

Terus terang, saya membeli buku yang kategorinya disusun ke dalam rak buku novel oleh Toko Buku Gramedia ini, karena saya ingin mengetahui cara bertutur cerita dari Ulil (nama sapaan di ym), atau Yulyana, yang berkolaborasi dengan Femmy dalam menyusun buku ini. Tetapi setelah membaca halaman pertama, kedua dan ketiga, saya malah mulai tertarik pada ceritanya.

Alurnya meluncur mulus, memperkenalkan tokohnya satu persatu secara cermat. Konflik-konflik dibangun sepanjang cerita untuk menuju ke satu titik klimaks dari berbagai tokoh, dimulai dengan penokohan karakter utama yang berbeda dari dongeng klasik yang ada selama ini, tokoh yang terpinggirkan--malah cenderung diabaikan dalam konflik antara Airlangga cq Empu Bharadah vs Calon Arang, tepatnya: Sang Putri dari Calon Arang!

Disinilah letak keunggulan tutur cerita Femmy dan Ulil, karena walaupun akhir cerita sudah diketahui (bagi yang belum, Sejarah di SMA dapat ponten berapa sih?), pembaca dibuat penasaran terus menebak-nebak peristiwa yang akan terjadi, dibuat bertanya-tanya hanya untuk mendapatkan jawabannya jika kita melanjutkan bacaan.

Jangan tertipu kesan dari paruh bagian pertama bab pertama, ini bukan novel atau sinetron remaja yang melow dan alur yang bertele-tele, karena ketika sudah membaca sampai bagian bagaimana Rakajasa, putra patih desa, yang terbakar mati tanpa sebab akibat melakukan pelecehan seksual pada Ratna--sang putri dari calon arang ini, pembaca mulai dapat merasakan, ini berbeda.

Buku ini sangat berbeda, saya malah bilang ini buku suspens psikologis. Bagian-bagian yang sudah ada dalam dongeng klasik dihilangkan, seperti peristiwa pertarungan sabung nyawa antara Empu Bharadah dan Calon Arang. Minim action, malahan setting lokasi cerita ini ada dalam jiwa manusia. Pembaca dibuat merasakan ketegangan konflik yang bahkan lebih besar dalam batin Sang Putri, yang harus memilih antara kasih terhadap bundanya atau keselamatan umat manusia, antara membantu tugas suaminya yang tercinta-Bahula tetapi dengan cara harus mengkhianati ibunya.

Pembaca akhirnya, juga dilibatkan emosi dan nalarnya untuk melihat apa yang disebut salah dan benar, adakah hitam dan putih itu, melalui jiwa Bahula, menentukan apakah yang salah adalah Calon Arang ataukah rakyat yang terkena teluh itu sendiri? Apakah yang disebut jahat itu, ketika sang pelaku melakukannya demi cinta?

Baca buku ini!

Kekurangan kecil dalam buku ini hanyalah tidak tergarap dengan baiknya emosi negatif pembaca terhadap Calon Arang. Pembaca tidak akan benar-benar membenci Calon Arang, sehingga dapat dengan tanpa retensi akan mendukung pelaksanaan tugas Bahula yang mana mengharuskan Ratna mengkhianati ibundanya. Hal ini sebenarnya dapat dengan sederhana dibangun dari gambaran yang lebih detil dalam menggarap scene-scene penderitaan yang mengerikan dari korban-korban rakyat yang terkena teluh. Tetapi mungkin inilah apa yang diinginkan oleh kedua pengarang tersebut, Calon Arang sebenarnya juga manusia.

Great book, Ulil !


Links lainnya:
Baca juga blog dari pengarangnya, Femmy, tentang buku ini
Baca juga blog terkait tentang faktor MacGuffin di blog doc_wong's celoteh